Bersama-sama dengan Facebook dan MySpace, Twitter merupakan salah satu layanan social network yang paling populer di dunia saat ini. Penggunanya mencakup beragam usia dan berasal dari berbagai kalangan mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, pebisnis, akademisi, entertainer, hingga pemerintah.
Konon, orang nomor satu di negeri Paman Sam, Barack Obama, termasuk pengguna layanan yang awalnya dimaksudkan sebagai micro-blogging ini. Demikian halnya dengan Abdullah Gul, presiden Turki yang menggunakan Twitter untuk mengutuk pelarangan YouTube dan sejumlah layananan Google di negerinya.
Di Indonesia, sejumlah pejabat pemerintah dan anggota dewan pun tidak ketinggalan menggunakan Twitter. Sebut saja misalnya Angelina Sondakh, Anis Matta, Marzuki Ali, dan Ramadhan Pohan. Terlepas dari motif para wakil rakyat tersebut menggunakan Twitter, kita patut "bangga" bahwa wakil-wakil kita di DPR sudah banyak yang melek teknologi, meskipun perlu disayangkan bahwa sungguh sedikit (untuk tidak mengatakan tidak ada) dari mereka yang melek kemiskinan dan penderitaan!
Jika Anda kebetulan seorang anggota dewan, maka izinkanlah saya berbagi secuil saran dengan Anda tentang isi status yang sebaiknya tidak Anda tweet-kan di Twitter. :)
Demikian saran iseng saya buat para wakil rakyat yang akan/telah terjun ke dunia tweetting. Mohon untuk tidak menanggapinya dengan serius! Tulisan ini hanya lawakan konyol dan menyedihkan. Tetapi justru lawakan-lawakan konyol itu yang sering membuat kami tertawa renyah dan melupakan segala kepahitan hidup yang kerap membuat lemas otot-otot harapan.
Konon, orang nomor satu di negeri Paman Sam, Barack Obama, termasuk pengguna layanan yang awalnya dimaksudkan sebagai micro-blogging ini. Demikian halnya dengan Abdullah Gul, presiden Turki yang menggunakan Twitter untuk mengutuk pelarangan YouTube dan sejumlah layananan Google di negerinya.
Di Indonesia, sejumlah pejabat pemerintah dan anggota dewan pun tidak ketinggalan menggunakan Twitter. Sebut saja misalnya Angelina Sondakh, Anis Matta, Marzuki Ali, dan Ramadhan Pohan. Terlepas dari motif para wakil rakyat tersebut menggunakan Twitter, kita patut "bangga" bahwa wakil-wakil kita di DPR sudah banyak yang melek teknologi, meskipun perlu disayangkan bahwa sungguh sedikit (untuk tidak mengatakan tidak ada) dari mereka yang melek kemiskinan dan penderitaan!
Jika Anda kebetulan seorang anggota dewan, maka izinkanlah saya berbagi secuil saran dengan Anda tentang isi status yang sebaiknya tidak Anda tweet-kan di Twitter. :)
- Cara-cara tidak fair yang barangkali Anda lakukan selama Pemilu. Sebagai manusia, kami tahu bahwa Anda pasti pernah melakukan kekeliruan, entah itu ketika menggelembungkan suara atau memalsukan ijazah. Bukankah manusia itu tempatnya salah? Biarlah hanya Anda dan Tuhan yang tahu kekhilafan Anda.
- Jumlah kekayaan Anda sebagai wakil rakyat. Dibandingkan dengan rata-rata gaji orang Indonesia, saya yakin gaji Anda jauh lebih besar. Belum lagi tunjangan ini itu yang jika dipublikasikan akan membuat hati kami remuk redam.
- Modus-modus bagaimana mengeruk kekayaan negara. Nah, kalau yang ini seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia pun tahu kalau Indonesia termasuk salah satu negara dengan populasi koruptor terbanyak di dunia. Kalau modus-modus tersebut Anda beberkan ke khalayak, saya khawatir penghasilan Anda berkurang atau malah menyeret Anda ke bui.
- Niat mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. . Saya khawatir jika niat tersebut diketahui banyak orang, elektabilitas dan popularitas Anda pada Pemilu mendatang menjadi sirna yang bisa membahayakan ketahanan sandang, pangan, dan papan keluarga Anda. Bukankah keluarga lebih penting? Hmmmh...
- Ketidakmampuan Anda memenuhi janji-janji saat kampanye. "Man proposes, God disposes" kata sebuah pepatah. Manusia hanya bisa berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Kami tahu manusia itu makhluk lemah dan sering lupa sehingga karena satu dan lain hal dia "terpaksa" ingkar. Lupakanlah janji-janji itu! Tidak ada gunaya diungkit-ungkit lagi apalagi dijadikan status di Twitter karena kami pun akan pura-pura tidak mengetahuinya.
Demikian saran iseng saya buat para wakil rakyat yang akan/telah terjun ke dunia tweetting. Mohon untuk tidak menanggapinya dengan serius! Tulisan ini hanya lawakan konyol dan menyedihkan. Tetapi justru lawakan-lawakan konyol itu yang sering membuat kami tertawa renyah dan melupakan segala kepahitan hidup yang kerap membuat lemas otot-otot harapan.