Blogwalking secara sederhana diartikan sebagai kegiatan saling promosi blog antar blogger. Ini dilakukan dengan cara kunjung-mengunjung antara dua atau lebih blogger dan pada saat yang sama mereka saling meninggalkan "jejak" di blog yang mereka singgahi.
Umumnya jejak tersebut berupa komentar dengan SELALU melampirkan alamat blog masing-masing. Tujuan blogwalking ini tentu saja untuk meningkatkan trafik, satu hal yang begitu diidamkan banyak blogger tetapi kerap sulit untuk diraih.
Berburu trafik bukalah hal yang dilarang. Bukankah wajar apabila seseorang yang meng-online-kan tulisan-tulisannya di internet melalui media blog kemudian mengharapkan, paling tidak, ada seseorang yang berkenan membacanya? Jika memang bukan dimaksudkan sebagai konsumsi publik, kenapa pula dia harus membagikan gagasan-gagasannya di dunia maya? Bukankah cukup dengan menuliskannya di buku harian?
Saya sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa blogwalking merupakan salah satu cara efektif untuk menjaring pembaca, meskipun membutuhkan waktu dan tenaga ekstra.
Ada banyak manfaat yang kita peroleh dari blogwalking selain melulu soal trafik. Dengan membaca tulisan orang, kita bisa memperluas wawasan, berkenalan dengan si penulis, atau menggali inspirasi. Dalam situasi ketika seorang blogger kehabisan ide, blogwalking bisa jadi pilihan tepat.
Banyak contoh yang bisa dikemukakan bagaimana seorang blogger kembali bersemangat memosting tulisan (bahkan berseri) berdasarkan apa yang ia temukan dari tulisan orang lain. Bentuknya bisa berupa pengulasan ulang dengan penambahan di sana-sini, kritik, atau uraian yang sama sekali berbeda.
Namun, pada kenyataanya sering kita menyaksikan kegiatan blogwalking ini dijadikan arena perburuan backlink semata-mata. Atas nama backlink, komentar sebagai peninggalan jejak tidak lebih dari sekadar say hello dan say thanks yang tidak memperkaya tulisan atau melahirkan diskusi yang diharapkan si empunya blog.
Diterima atau tidaknya model-model komentar semacam ini bergantung sepenuhnya pada si pemilik blog. Sebagian ada yang menghargainya dan dengan senang hati berkunjung balik. Tapi tidak sedikit pula yang menanggapinya secara dingin, mencibir, atau bahkan menghapus komentar tersebut karena merasa tulisannya tidak dihargai! Semua tergantung "aturan" masing-masing pemilik blog. Si pengomentar pun harus lapang dada apabila kemudian si pemilik blog memblokirnya.
Apapun yang melatarbelakangi seseorang melakukan blogwalking adalah subjektif, sama subjektifnya dengan apa yang melatarbelakangi sikap pemilik blog ketika berurusan dengan jejak-jejak yang ditinggalkan pengunjungnya. Jika subjektifitas sebagai ukuran, maka pembagian antara mana yang disebut blogwalking yang baik dan jelek menjadi tidak relevan. Demikian saya memahami.
Terlepas dari itu semua, saya melihat adanya risiko pembumihangusan kreatifitas dalam blogwalking. Kenapa blogwalking rentan membumihanguskan kreatifitas?
Dengan seringnya kita bersentuhan dengan cara orang lain ngeblog, maka sedikit banyak dan tanpa disadari kita akan "terbelenggu" dengan cara orang lain itu. Malangnya, itu justru terjadi pada saya. Rasanya kurang afdol seandainya saya tidak memperbolehkan orang lain menulis komentar di sini. Terasa ada yang kurang jika blog ini tidak dimonetisasi dengan iklan. Ada yang aneh jika blog ini tampil tanpa satu pun gambar. Blogger lain menampilkan banyak widget, kalau begitu blog ini pun harus ber-widget. Oh iya, blog tetangga menampilkan 5-10 posting di halaman muka secara parsial, saya pun gak boleh ketinggalan dong! Kemarin, di blog luar negeri bahkan saya lihat ada videonya, tanggalnya juga ada kayak situs-situs berita, ikutan juga ah!
Benarkah kreatifitas akan sirna atau paling tidak menurun dengan seringnya kita bersentuhan dengan ide-ide atau cara-cara orang lain?
Sadar atau tidak, kreatifitas memang sering tergerus oleh niat mengikuti apa yang secara populer diterima banyak orang. Demi menyenangkan orang lain, sering pula kreatifitas dikorbankan. Itulah yang selama ini saya alami.
Semoga ini hanya terjadi pada diri saya yang mudah tergoda menjadi bagian dari suara terbanyak, apalagi jika diiming-imingi materi (!?). Pengalaman Anda mungkin berbeda sama sekali dengan pengalaman saya tadi. Alih-alih menjadi pengikut, justru Andalah yang menjadi trend setter.
Terus terang, saya tidak sedang dalam posisi mengkritisi blogwalking meskipun jika itu dilakukan semata-mata demi perburuan backlink. Semuanya saya serahkan pada keputusan Anda! Meskipun demikian, saya menghimbau (hahaha kayak mentri ngasih himbauan) siapapun untuk blogwalk dalam konteks penggalian ide dan pengayaan wawasan karena justru dengan banyaknya ide, Anda akan dapat meng-update blog Anda sesering mungkin yang pada gilirannya (mudah-mudahan) dapat meningkatkan trafik.
Jangan khawatir dengan kreatifitas! Ditanggalkan sekali-kali kan gak masalah? Bukankah lebih baik kita mengikuti suara terbanyak biar hidup kita makmur?
Umumnya jejak tersebut berupa komentar dengan SELALU melampirkan alamat blog masing-masing. Tujuan blogwalking ini tentu saja untuk meningkatkan trafik, satu hal yang begitu diidamkan banyak blogger tetapi kerap sulit untuk diraih.
Berburu trafik bukalah hal yang dilarang. Bukankah wajar apabila seseorang yang meng-online-kan tulisan-tulisannya di internet melalui media blog kemudian mengharapkan, paling tidak, ada seseorang yang berkenan membacanya? Jika memang bukan dimaksudkan sebagai konsumsi publik, kenapa pula dia harus membagikan gagasan-gagasannya di dunia maya? Bukankah cukup dengan menuliskannya di buku harian?
Saya sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa blogwalking merupakan salah satu cara efektif untuk menjaring pembaca, meskipun membutuhkan waktu dan tenaga ekstra.
Ada banyak manfaat yang kita peroleh dari blogwalking selain melulu soal trafik. Dengan membaca tulisan orang, kita bisa memperluas wawasan, berkenalan dengan si penulis, atau menggali inspirasi. Dalam situasi ketika seorang blogger kehabisan ide, blogwalking bisa jadi pilihan tepat.
Banyak contoh yang bisa dikemukakan bagaimana seorang blogger kembali bersemangat memosting tulisan (bahkan berseri) berdasarkan apa yang ia temukan dari tulisan orang lain. Bentuknya bisa berupa pengulasan ulang dengan penambahan di sana-sini, kritik, atau uraian yang sama sekali berbeda.
Namun, pada kenyataanya sering kita menyaksikan kegiatan blogwalking ini dijadikan arena perburuan backlink semata-mata. Atas nama backlink, komentar sebagai peninggalan jejak tidak lebih dari sekadar say hello dan say thanks yang tidak memperkaya tulisan atau melahirkan diskusi yang diharapkan si empunya blog.
Diterima atau tidaknya model-model komentar semacam ini bergantung sepenuhnya pada si pemilik blog. Sebagian ada yang menghargainya dan dengan senang hati berkunjung balik. Tapi tidak sedikit pula yang menanggapinya secara dingin, mencibir, atau bahkan menghapus komentar tersebut karena merasa tulisannya tidak dihargai! Semua tergantung "aturan" masing-masing pemilik blog. Si pengomentar pun harus lapang dada apabila kemudian si pemilik blog memblokirnya.
Apapun yang melatarbelakangi seseorang melakukan blogwalking adalah subjektif, sama subjektifnya dengan apa yang melatarbelakangi sikap pemilik blog ketika berurusan dengan jejak-jejak yang ditinggalkan pengunjungnya. Jika subjektifitas sebagai ukuran, maka pembagian antara mana yang disebut blogwalking yang baik dan jelek menjadi tidak relevan. Demikian saya memahami.
Terlepas dari itu semua, saya melihat adanya risiko pembumihangusan kreatifitas dalam blogwalking. Kenapa blogwalking rentan membumihanguskan kreatifitas?
Dengan seringnya kita bersentuhan dengan cara orang lain ngeblog, maka sedikit banyak dan tanpa disadari kita akan "terbelenggu" dengan cara orang lain itu. Malangnya, itu justru terjadi pada saya. Rasanya kurang afdol seandainya saya tidak memperbolehkan orang lain menulis komentar di sini. Terasa ada yang kurang jika blog ini tidak dimonetisasi dengan iklan. Ada yang aneh jika blog ini tampil tanpa satu pun gambar. Blogger lain menampilkan banyak widget, kalau begitu blog ini pun harus ber-widget. Oh iya, blog tetangga menampilkan 5-10 posting di halaman muka secara parsial, saya pun gak boleh ketinggalan dong! Kemarin, di blog luar negeri bahkan saya lihat ada videonya, tanggalnya juga ada kayak situs-situs berita, ikutan juga ah!
Benarkah kreatifitas akan sirna atau paling tidak menurun dengan seringnya kita bersentuhan dengan ide-ide atau cara-cara orang lain?
Sadar atau tidak, kreatifitas memang sering tergerus oleh niat mengikuti apa yang secara populer diterima banyak orang. Demi menyenangkan orang lain, sering pula kreatifitas dikorbankan. Itulah yang selama ini saya alami.
Semoga ini hanya terjadi pada diri saya yang mudah tergoda menjadi bagian dari suara terbanyak, apalagi jika diiming-imingi materi (!?). Pengalaman Anda mungkin berbeda sama sekali dengan pengalaman saya tadi. Alih-alih menjadi pengikut, justru Andalah yang menjadi trend setter.
Terus terang, saya tidak sedang dalam posisi mengkritisi blogwalking meskipun jika itu dilakukan semata-mata demi perburuan backlink. Semuanya saya serahkan pada keputusan Anda! Meskipun demikian, saya menghimbau (hahaha kayak mentri ngasih himbauan) siapapun untuk blogwalk dalam konteks penggalian ide dan pengayaan wawasan karena justru dengan banyaknya ide, Anda akan dapat meng-update blog Anda sesering mungkin yang pada gilirannya (mudah-mudahan) dapat meningkatkan trafik.
Jangan khawatir dengan kreatifitas! Ditanggalkan sekali-kali kan gak masalah? Bukankah lebih baik kita mengikuti suara terbanyak biar hidup kita makmur?