Sampai kapan Anda akan ngeblog? Sampai ide-ide di benak tumpah? Sampai Anda mendapatkan pekerjaan baru? Sampai anak ke-3 lahir? Sampai pemerintahan baru yang lebih demokratis berkuasa? Sampai Anda memiliki mobil seharga 1 miliar? Atau malah sampai akhir menutup mata?
Setiap blogger memiliki jawaban masing-masing untuk pertanyaan di atas yang jika dirunut semuanya berpangkal pada motivasi masing-masing saat hendak terjun ke dunia blogging. Motivasi-motivasi ini jumlahnya banyak, sebanyak jumlah blogger yang ada di muka bumi ini. Tapi paling tidak keenam alasan berikut dapat menjelaskan kenapa seorang blogger berhenti ngeblog.
Menghadapi situasi seperti ini, tentu tidak bijak jika Anda keukeuh ngotot menghabiskan energi untuk sesuatu yang jelas-jelas impossible. Ada baiknya Anda mengerahkan segenap upaya pada mahkluk cantik lainnya yang, siapa tahu, adalah tetangga Anda sendiri yang selama ini lepas dari perhatian.
Demikian pula halnya dengan ngeblog.
Berbagai usaha Anda tempuh untuk mendapatkan penghasilan dari blog tapi jauh panggang dari api. Si dolar tak kunjung hinggap di kocek.
Jika apa yang dicita-citakan si blogger tidak juga mewujud, maka tidak aneh jika kemudian ia berhenti ngeblog, entah dengan menutupnya secara total atau menelantarkannya hingga "ajal" menjemput.
Setelah diterima sebagai karyawan, kegiatan ngeblog masih tetap dapat kita lakukan. Kita masih punya waktu sepulang kerja atau pada hari libur untuk membuat barang satu atau dua posting untuk per minggunya, meskipun intensitasnya tidak seperti saat menganggur.
Namun ketika jabatan meningkat, pekerjaan pun ikut bertambah dan menuntut waktu lebih banyak. Hari libur pun tidak lagi bisa kita gunakan untuk istirahat. Kegiatan ngeblog kemudian tersendat-sendat untuk akhirnya kita tinggalkan.
Bagi blogger yang tahan banting, hal ini tentu tidak akan mengendurkan semangat blogging mereka barang sejengkal pun. Mereka dapat menghiraukannya atau menganggapnya tidak lebih sebagai intermezzo. Tapi lain halnya dengan blogger yang tidak memiliki sifat membaja seperti itu.
Di blogosphere terkadang kita menemukan blogger-blogger yang tampak berkubu-kubu. Ketika satu anggota kubu "menyerang" seorang blogger, anggota lain dari kubu tersebut ikut bahu-membahu memperkuat "serangan" temannya meskipun secara implisit.
Sebagai manusia yang punya rasa punya hati, si blogger yang mendapat serangan bukan tidak mungkin kemudian merasa tertekan dan tersudutkan, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk menutup blognya. Meskipun berat di hati, dia melihat langkah tersebut sebagai jalan terbaik untuk mengakhiri "penderitaannya".
Semangat ngeblog yang begitu menggebu perlahan-lahan memudar. Ketika blogging mulai dirasakan kehilangan sensasinya, ia kemudian tanpa terbebani dengan mudah mengakhiri karir blognya yang baru seumur jagung.
Apabila kegiatan blogging ia rasakan memang menyenangkan, ia akan terus meng-update blognya bahkan setelah nilai pelajaran ia dapatkan. Tapi jika hanya nilai yang ia kejar, maka wajar jika kemudian ia menelantarkan blognya dan berhenti ngeblog.
Jadi, sampai kapan Anda akan ngeblog?
Setiap blogger memiliki jawaban masing-masing untuk pertanyaan di atas yang jika dirunut semuanya berpangkal pada motivasi masing-masing saat hendak terjun ke dunia blogging. Motivasi-motivasi ini jumlahnya banyak, sebanyak jumlah blogger yang ada di muka bumi ini. Tapi paling tidak keenam alasan berikut dapat menjelaskan kenapa seorang blogger berhenti ngeblog.
Alasan #1: Blog tidak memberikan apa yang diharapkan
Apa yang akan Anda lakukan jika perempuan yang Anda taksir menolak Anda? Berkali-kali Anda mencoba berbagai cara, bahkan hingga pergi ke dukun, tapi berkali-kali pula dia tidak menunjukkan respon positif sedikit pun.Menghadapi situasi seperti ini, tentu tidak bijak jika Anda keukeuh ngotot menghabiskan energi untuk sesuatu yang jelas-jelas impossible. Ada baiknya Anda mengerahkan segenap upaya pada mahkluk cantik lainnya yang, siapa tahu, adalah tetangga Anda sendiri yang selama ini lepas dari perhatian.
Demikian pula halnya dengan ngeblog.
Berbagai usaha Anda tempuh untuk mendapatkan penghasilan dari blog tapi jauh panggang dari api. Si dolar tak kunjung hinggap di kocek.
Jika apa yang dicita-citakan si blogger tidak juga mewujud, maka tidak aneh jika kemudian ia berhenti ngeblog, entah dengan menutupnya secara total atau menelantarkannya hingga "ajal" menjemput.
Alasan #2: Alih profesi sehingga tidak ada waktu lagi untuk ngeblog
Ketika masih menjadi pengangguran, waktu terasa begitu tak terbatas. Kita leluasa melakukan apa saja dan mencoba hal-hal baru. Kita bahkan mampu membuat lebih dari 3 posting per harinya.Setelah diterima sebagai karyawan, kegiatan ngeblog masih tetap dapat kita lakukan. Kita masih punya waktu sepulang kerja atau pada hari libur untuk membuat barang satu atau dua posting untuk per minggunya, meskipun intensitasnya tidak seperti saat menganggur.
Namun ketika jabatan meningkat, pekerjaan pun ikut bertambah dan menuntut waktu lebih banyak. Hari libur pun tidak lagi bisa kita gunakan untuk istirahat. Kegiatan ngeblog kemudian tersendat-sendat untuk akhirnya kita tinggalkan.
Alasan #3: Blogosphere bukan lagi tempat menyenangkan
Kita tentu tidak bisa mengharapkan bahwa apa yang kita tulis di blog akan selalu ditanggapi secara positif. Masih mending jika tanggapan tersebut bersifat kritik membangun. Bagaimana kalau tanggapan tersebut semata-mata untuk menjatuhkan?Bagi blogger yang tahan banting, hal ini tentu tidak akan mengendurkan semangat blogging mereka barang sejengkal pun. Mereka dapat menghiraukannya atau menganggapnya tidak lebih sebagai intermezzo. Tapi lain halnya dengan blogger yang tidak memiliki sifat membaja seperti itu.
Di blogosphere terkadang kita menemukan blogger-blogger yang tampak berkubu-kubu. Ketika satu anggota kubu "menyerang" seorang blogger, anggota lain dari kubu tersebut ikut bahu-membahu memperkuat "serangan" temannya meskipun secara implisit.
Sebagai manusia yang punya rasa punya hati, si blogger yang mendapat serangan bukan tidak mungkin kemudian merasa tertekan dan tersudutkan, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk menutup blognya. Meskipun berat di hati, dia melihat langkah tersebut sebagai jalan terbaik untuk mengakhiri "penderitaannya".
Alasan #4: Ngeblog semata-mata karena iseng
Orang tentu boleh ngeblog dengan maksud iseng, mengisi waktu, atau ikut-ikutan. Tapi itu biasanya bersifat temporal dan sangat mungkin dilakukan setengah hati. Pepatah menyebutkan "hangat-hangat tahi ayam" alias ngebut di permulaan tapi loyo kemudian.Semangat ngeblog yang begitu menggebu perlahan-lahan memudar. Ketika blogging mulai dirasakan kehilangan sensasinya, ia kemudian tanpa terbebani dengan mudah mengakhiri karir blognya yang baru seumur jagung.
Alasan #5: Sudah direncanakan
Seorang siswa SMA/SMK yang mendapat tugas membuat blog untuk pelajaran TIK bisa dikatakan ngeblog bukan untuk ngeblog, tapi lebih untuk memenuhi tugas atau memperoleh nilai.Apabila kegiatan blogging ia rasakan memang menyenangkan, ia akan terus meng-update blognya bahkan setelah nilai pelajaran ia dapatkan. Tapi jika hanya nilai yang ia kejar, maka wajar jika kemudian ia menelantarkan blognya dan berhenti ngeblog.
Alasan #6: Tutup usia
Ini sebenarnya kurang tepat disebut sebagai alasan, tapi tetap dapat menjelaskan kenapa seseorang pensiun ngeblog. Orang yang sudah berada di dunia lain tentu tidak mungkin lagi melanjutkan karir blogging-nya. Terkecuali kalau di akhirat ada fasilitas jaringan internet. Hehehe.Jadi, sampai kapan Anda akan ngeblog?